Profil Desa Pandanrejo

Ketahui informasi secara rinci Desa Pandanrejo mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Pandanrejo

Tentang Kami

Profil Desa Pandanrejo, Kaligesing. Gerbang strategis pariwisata Borobudur Highland, rumah bagi DeLoano Glamping, serta pusat agrowisata durian, manggis, dan peternakan Kambing Etawa di jantung Perbukitan Menoreh.

  • Lokasi Strategis Gerbang Pariwisata

    Pandanrejo merupakan lokasi dari DeLoano Glamping, sebuah destinasi wisata premium yang menjadi bagian dari proyek strategis nasional Kawasan Pariwisata Borobudur Highland.

  • Surga Agrowisata Durian dan Manggis

    Desa ini adalah salah satu sentra utama penghasil durian dan manggis berkualitas tinggi di Kaligesing, yang menjadi daya tarik agrowisata andalan.

  • Pusat Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Komunitas

    Kehadiran destinasi wisata nasional telah memicu geliat ekonomi kreatif yang pesat, menjadikan pemberdayaan komunitas melalui pariwisata sebagai model pembangunan desa.

XM Broker

Terletak strategis di jalur emas pariwisata Perbukitan Menoreh, Desa Pandanrejo, Kecamatan Kaligesing, Kabupaten Purworejo, telah bertransformasi menjadi sebuah etalase pembangunan pariwisata nasional. Desa ini tidak lagi hanya dikenal sebagai penghasil durian dan manggis berkualitas, tetapi telah naik kelas menjadi gerbang utama menuju Borobudur Highland, sebuah Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Kehadiran destinasi premium DeLoano Glamping yang dikelola oleh Badan Otorita Borobudur (BOB) di jantung wilayahnya telah mengubah lanskap ekonomi dan sosial desa secara fundamental. Pandanrejo kini merupakan perpaduan dinamis antara pesona agraris tradisional dan visi pariwisata modern, menjadikannya model percontohan bagi pengembangan desa wisata yang berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.

Kondisi Geografis dan Demografi

Secara geografis, Desa Pandanrejo berada di kawasan dataran tinggi Kecamatan Kaligesing, dengan kontur tanah bergelombang yang dihiasi perbukitan hijau dan lembah-lembah subur. Posisinya sangat strategis, berada di jalur alternatif yang menghubungkan Kabupaten Purworejo dengan kawasan Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, serta terhubung langsung dengan Kabupaten Kulon Progo, DIY. Lokasi inilah yang menjadi modal geografis utama ditetapkannya Pandanrejo sebagai zona pengembangan pariwisata penyangga Borobudur.Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Desa Pandanrejo memiliki luas wilayah sekitar 7,14 km². Wilayahnya yang luas ini berbatasan dengan beberapa desa kunci lainnya. Di sebelah utara, desa ini berbatasan dengan Desa Kaligono dan Somongari. Di sisi timur, wilayahnya bersebelahan dengan Kabupaten Kulon Progo, DIY. Sementara itu, di sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jatirejo dan di sebelah barat berbatasan dengan Desa Kaligesing dan Hulosobo.Dari aspek demografi, populasi Desa Pandanrejo tercatat berjumlah sekitar 3.400 jiwa. Dengan luas wilayah yang ada, maka tingkat kepadatan penduduknya ialah sekitar 476 jiwa per km². Mayoritas penduduknya secara turun-temurun berprofesi sebagai petani kebun, dengan durian dan manggis sebagai komoditas andalan. Selain itu, peternakan Kambing Etawa juga menjadi bagian tak terpisahkan dari ekonomi agraris desa. Namun seiring dengan penetapannya sebagai lokasi KSPN, terjadi diversifikasi mata pencaharian yang signifikan ke sektor pariwisata, jasa, dan ekonomi kreatif.

Pusat Pariwisata Modern: DeLoano Glamping dan Borobudur Highland

Titik balik sejarah modern Desa Pandanrejo adalah pembangunan DeLoano Glamping, sebuah akomodasi wisata mewah berkonsep glamorous camping yang diresmikan pada awal tahun 2020. Proyek yang berada di bawah pengelolaan langsung Badan Otorita Borobudur (BOB) ini menempati lahan Perhutani di dalam wilayah desa. DeLoano menawarkan pengalaman menginap di tengah hutan pinus yang asri dengan fasilitas premium, menjadikannya magnet bagi wisatawan domestik maupun mancanegara yang mencari pengalaman wisata alam eksklusif.Kehadiran DeLoano Glamping bukan sekadar menambah satu titik destinasi, melainkan menjadi pemicu (trigger) bagi seluruh ekosistem pariwisata di sekitarnya. Proyek ini secara langsung membuka lapangan kerja bagi warga lokal, mulai dari staf operasional, pemandu, hingga penyedia jasa lainnya. Lebih jauh lagi, keberadaannya mendorong lahirnya berbagai usaha pendukung yang dikelola oleh masyarakat Desa Pandanrejo.Pemerintah Desa dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat secara proaktif menangkap peluang ini. Mereka mengembangkan berbagai atraksi dan destinasi wisata baru di sekitar zona utama, seperti Puncak Pangul Anom dan spot-spot foto dengan pemandangan alam yang menawan, yang berfungsi sebagai pelengkap dan alternatif bagi pengunjung DeLoano Glamping.

Surga Agrowisata Durian dan Manggis

Jauh sebelum menjadi sorotan pariwisata nasional, Pandanrejo telah termasyhur di kalangan pencinta buah sebagai salah satu surga durian dan manggis terbaik di Jawa Tengah. Varietas Durian Kaligesing, yang dikenal dengan daging tebal, rasa legit pahit yang khas, dan aroma kuat, tumbuh subur di kebun-kebun milik warga.Saat musim durian tiba, biasanya antara bulan Desember hingga Februari, Desa Pandanrejo berubah menjadi pasar buah raksasa. Banyak petani yang menjual hasil panennya langsung di depan rumah atau di lapak-lapak sederhana di sepanjang jalan desa. Pengalaman berburu dan menikmati durian langsung dari pohonnya menjadi daya tarik agrowisata yang sangat kuat. Wisatawan dapat merasakan sensasi memilih durian, berinteraksi langsung dengan petani, dan menikmati buah segar di tengah suasana pedesaan yang asri.Selain durian, manggis dari Pandanrejo juga memiliki kualitas ekspor. Buah yang dijuluki "ratu buah" ini menjadi komoditas andalan kedua yang menopang perekonomian agraris desa. Potensi agrowisata ini kini dikelola secara lebih profesional, diintegrasikan ke dalam paket-paket wisata yang ditawarkan kepada pengunjung, menciptakan sinergi yang saling menguntungkan antara sektor pertanian dan pariwisata.

Pemerintahan dan Pemberdayaan Komunitas

Pemerintah Desa Pandanrejo memegang peran sentral sebagai jembatan antara kebijakan pemerintah pusat (melalui BOB) dan kepentingan masyarakat lokal. Tantangan utamanya adalah memastikan bahwa pembangunan pariwisata berskala nasional ini membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi warga desa dan tidak justru meminggirkan mereka.Melalui perencanaan yang matang, pemerintah desa bersama BPD dan Pokdarwis secara aktif mendorong program-program pemberdayaan. Ini termasuk pelatihan keterampilan di bidang pariwisata (hospitality), manajemen homestay, kuliner, dan pemandu wisata. BUMDes (Badan Usaha Milik Desa) juga diaktifkan untuk mengelola unit-unit usaha produktif yang mendukung ekosistem pariwisata, seperti pengelolaan area parkir, toilet umum, dan sentra oleh-oleh."Kami ingin masyarakat Pandanrejo menjadi tuan rumah di tanahnya sendiri. Pembangunan megah dari pusat harus diimbangi dengan kesiapan dan partisipasi aktif dari masyarakat kami agar tercipta pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan," demikian komitmen yang sering disuarakan oleh pimpinan desa.

Geliat Ekonomi Kreatif dan UMKM

Efek domino dari kehadiran DeLoano Glamping terasa kuat pada geliat ekonomi kreatif dan UMKM di Desa Pandanrejo. Semangat kewirausahaan tumbuh pesat di berbagai lapisan masyarakat.Puluhan homestay baru yang dikelola warga kini berdiri, menawarkan alternatif akomodasi yang lebih terjangkau bagi wisatawan. Sektor kuliner juga meledak dengan munculnya warung-warung makan dan kedai kopi yang menyajikan menu-menu khas lokal, seperti sate kambing etawa, nasi tiwul, dan tentu saja, aneka olahan durian seperti es krim durian, dodol, dan pancake durian.Di bidang kerajinan, warga mulai memproduksi aneka suvenir unik berbasis potensi lokal, seperti kerajinan dari kayu pinus, batok kelapa, atau produk turunan dari peternakan Kambing Etawa. Seluruh geliat ini menunjukkan bahwa masyarakat Pandanrejo tidak hanya menjadi penonton, tetapi telah menjadi pelaku aktif yang kreatif dan inovatif dalam menyambut era baru pariwisata di desa mereka.

Tantangan dan Prospek Masa Depan

Status sebagai desa penyangga KSPN membawa tantangan yang tidak ringan. Potensi konflik agraria, tekanan pada lingkungan akibat pembangunan, serta isu kesenjangan sosial menjadi hal-hal yang harus dimitigasi dengan cermat. Menjaga otentisitas budaya dan kearifan lokal di tengah serbuan modernitas juga menjadi pekerjaan rumah yang penting.Namun, prospek masa depan Desa Pandanrejo sangatlah cerah. Desa ini berada di jalur yang tepat untuk menjadi destinasi wisata kelas dunia yang berbasis pada kekuatan komunitas dan kearifan lokal. Pengembangan konektivitas, baik infrastruktur jalan maupun jaringan digital, akan menjadi kunci untuk membuka potensi yang lebih besar.Ke depan, Pandanrejo dapat mengembangkan konsep "Community-Based Tourism" secara lebih mendalam, di mana setiap dusun memiliki keunikan atraksinya sendiri, mulai dari wisata petik buah, edukasi peternakan kambing, hingga jelajah hutan pinus. Dengan demikian, manfaat pariwisata dapat terdistribusi secara lebih merata.Sebagai penutup, Desa Pandanrejo adalah sebuah laboratorium hidup tentang bagaimana sebuah desa di daerah terpencil dapat meroket ke panggung nasional ketika potensi lokalnya bertemu dengan kebijakan strategis dari pemerintah. Desa ini adalah bukti bahwa pariwisata dapat menjadi alat yang ampuh untuk pemberdayaan, selama masyarakatnya diposisikan sebagai subjek utama, bukan sekadar objek, dari pembangunan itu sendiri.